Putri Nafisah asal muasal berasal dari wilayah Banten Pulau Jawa. Di Palembang, Putri Napisah diduga tinggal di kawasan 4 Ulu Laut. Kala itu, Palembang dipimpin oleh seorang Sunan yang mempunyai kesenangan mengumpulkan para gadis berparas cantik untuk dijadikan dayang di istana.
Pada waktu itu terkabarlah sebuah berita bahwa di Seberang Ulu Palembang ada seorang perempuan cantik jelita bernama Napisah atau yang dikenal dengan sebutan Putri Pinang Masak.
Kecantikan Napisah kala itu tiada tara, sehingga tidak ada seorang perempuan pun di Kerajaan Palembang yang bisa menandingi paras cantiknya.
Kabar tentang Putri Napisah yang mempunyai paras cantik ini sampailaj ke telinga Sang Sunan di Palembang.
Timbul niat Sang Sunan untuk membuktikan kebenaran dari kabar beredar tersebut. Dimana Sang Sunan ingin melihat secara langsung kecantikan yang dimiliki Napisah secara dekat.
Sekiranya kabar tersebut benar, maka Sang Sunan berniat untuk menjadikan Napisah menjadi dayang di istananya.Kabar Sang Sunan menghendaki dirinya pun sampai ke telinga Putri Napisah berjuluk Putri Pinang Masak. Hatinya pun menjadi sedih.
Putri Napisah lebih memilih mati dibanding menjadi dayang di istana Sunan. Tapi, Napisah tidak bisa menolak karena Sang Sunan sendiri mempunyai kekuasaan dan pengawal yang gagah.
Sang Putri Napisah dan keluarga pun berpikir bagaimana caranya agar bisa keluar dari masalah dengan Sunan ini. Napisah lalu mendapat cara untuk mengalihkan perhatian Sunan.
Putri Napisah merebus jantung pisang lalu menyiramkan ke sekujur tubuhnya. Tubuh dan wajah Putri Napisah berubah menjadi hitam pekat dan kecantikannya pun hilang berganti buruk rupa.Hal tersebut dilakukan Napisah untuk mengelabui Sang Sunan agar merasa jijik jika melihat keadaan dirinya yang kelihatan dekil dan jorok.
Dalam keadaan buruk rupa, dekil dan jorok, datanglah pengawal Sunan ke rumah Putri Napisah alias Putri Pinang Masak.
Para pengawal Sunan pun terkejut dengan keadaan Putri Napisah yang sangatlah jelek dan dekil, sehingga membuat para pengawal menjadi ragu apakah ini sang putri yang menjadi perbincangan di istana.
Tapi karena ini perintah dari Sunan, Sang Putri Napisah pun tetap dibawa ke istana. Saat melihat sosok Putri Napisah berjuluk Putri Pinang Masak yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, Sunan pun mengusir Napisah. Putri Napisah merasa kegirangan karena idenya berhasil mengelabui Sang Sunan.Konon menurut cerita, Sang Putri Napisah alias Putri Pinang Masak pun masih terbelit masalah yang tak kunjung selesai. Kabar kecantikan Putri Napisah yang tersiar luas membuat para laki-laki di Kerajaan Palembang tetap penasaran.
Akhirnya, Sang Sunan mempunyai rencana untuk menyelidiki kebenaran kabar tersebut. Sang Sunan pun lantas memerintahkan hulubalang dan pengawal untuk memaksa dan menangkap Sang Putri Napisah berjuluk Putri Pinang Masak.
Hati Putri Napisah pun merasa sedih mendengar rencana Sunan tersebut. Putri Napisah pun bercerita kepada teman terdekatnya untuk terlepas dari tangkapan Sunan.Setelah berunding, Putri Napisah berjuluk Putri Pinang Masak memutuskan untuk melarikan diri. Pada malam hari, Putri Napisah melarikan diri bersama empat temannya yang sangat setia dengan dua orang pengawal.
Putri Napisah bersama empat sahabat dan dua pengawal meninggalkan rumah dengan menggunakan perahu melarikan diri ke ulu sungai Ogan.Setelah berbulan-bulan mengarungi Sungai Ogan, Putri Napisah bersama empat sahabat dan dua pengawal tiba di sebuah lebak, yang disebut dengan Lebak Meranjat.
Kemudian rombongan kecil Putri Napisah berjuluk Putri Pinang Masak melanjutkan perjalanan melalui Teluk Lancang.
Mereka melewati sungai yang begitu deras. Sambil mengayuh perahu, Putri Napisah dan rombongan kecilnya mencari tempat aman dari kejaran pengawal Sunan.Walhasil, Putri Napisah alias Putri Pinang Masak dan rombongan menemukan tempat yang aman, yang saat ini disebut dengan nama Desa Senuro.Nama Desa Senuro tersebut diambil dari nama Sang Putri Napisah yang berjuluk Putri Pinang Masak, yang semenjak tinggal di sana mengubah namanya menjadi Putri Senuro untuk menghindari pencarian para pengawal Sunan.
Di Desa Senuro ini pula Napisah alias Putri Pinang Masak alias Putri Senuro mengajari penduduk membuat beberapa kerajinan, seperti membuat bakul yang indah dari anyaman bambu yang tidak tembus air. Sampai saat ini, para perempuan di Desa Senuro pandai membuat kerajinan dari bambu.
Konon kabarnya di masa persembunyiannya ini, Napisah yang berjuluk Putri Pinang Masak alias Putri Senuro, jatuh cinta dan menikah dengan Abdul Hamid berjuluk Sang Sungging, seorang pelarian dari istana. Diceritakan mereka berdua berlomba-lomba mengajarkan kerajinan kepada penduduk Desa Senuro.Suatu hari, Putri Pinang Masak alias Putri Senuro jatuh sakit, yang kian lama semakin parah. Sang Putri merasa ia akan segera meninggal.Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Napisah berjuluk Putri Pinang Masak alias Putri Senuro bersumpah dan berdoa.
Sumpah tersebut berbunyi “saya meminta kepada Allah agar anak cucuku kelak jangan cantik seperti aku, karena kecantikan akan membawa kesengsaraan, seperti yang aku rasakan.”Setelah ia mengucapkan sumpah tersebut, Napisah Sang Putri Pinang Masak alias Putri Senuro pun mengembuskan nafas terakhirnya.
Empat sahabat karib dan dua pengawal yang setia menjaga Napisah Sang Putri Pinang Masak alias Putri Senuro, berjanji untuk tetap tinggal di Desa Senuro. Mereka pun berpesan jika kelak mereka meninggal, mereka ingin dikuburkan di dekat makam Sang Putri.
Nah, jika kita ziarah ke makam Putri Pinang Masak alias Putri Senuro di Desa Senuro Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan, kita akan melihat makam teman-temannya dan pengawal Sang Putri.(*)